Taubat
Oleh
: Abu MUDI H. Hasanoel Bashry HG.
الحمد
لله المنفرد بالإيجاد. والصلاة والسلام على سيدنا محمد أفضل العباد. وعلى آله
وأصحابه أولى البهجة و الرشاد.
(وبعد)
Secara bahasa kembali. Secara
istilah ialah membersihkan diri dari dosa dan menyesali dari perbuatan dosa serta
bertekad bulat untuk tidak mengulanginya lagi.
Bagi hamba yang telah melakukan
maksiat maka wajib menyegerakan untuk bertaubat, seandainya setelah bertaubat
dia kembali melakukan maksiat maka taubat yang lalu tidak gugur tetapi wajib untuk taubat yang baru.
Kewajiban bertaubat.
Bertaubat
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah
Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam, banyak sekali ayat al-quran
dan hadist Rasulullah yang berisi perintah bertaubat antara lain:
- Surat at-Tahrim ayat 8 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ
يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ [ التحريم : 8 ].
Bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai.
- Surat an-Nur 31:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [ النور : 31 ]
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
- Surat Hud ayat 3 :
اِسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ [ هود : 3 ]
Hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat
kepada-Nya.
Taubat
harus dilakukan dengan segera karena ketika seseorang telah jatuh dalam
perbuatan dosa
Cara
bertaubat.
Dosa
yang dikerjakan manusia ada dua katagori; dosa dengan Allah dan dosa dengan sesama
manusia. Jika dosa tersebut merupaakn dosa yang timbul dari maksiat kepada Allah
maka cara taubatnya dengan menjalani 3 perkara:
- Meninggalkan melakukan perbuatan maksiat bila ia sedang melakukan
perbuatan maksiat.
- Menyesali telah melakukan dosa tersebut.
- Bertekad bulat untuk tidak mengulanginya selama-lama.
Sedangkan
kemaksiatan yang bersangkutan dengan manusia maka untuk sah taubatnya selain
harus menjalani 3 syarat diatas juga harus disertai dengan syarat yang keempat
yaitu yaitu meminta kelepasan dari orang
yang kita dhalimi tersebut. Bila hak itu berbentuk harta atau sejenisnya maka wajib
mengembalikannya kalau harta itu masih ada atau menggantinya bila harta
tersebut telah tiada,atau meminta supaya dihalalkan oleh pemiliknya.
Seandainya
maksiat itu berupa hukuman[had] tuduh, qishash atau seumpamanya maka ia harus pasrah
menerimanya atau meminta kemaafan. Bila dosa tersebut berupa ghibah maka ia
harus meminta kepada orang yang ia upat sepaya dihalalkan dengan cara
memberitahu terlebih dahulu bagaimana kata-kata yang ia ucapkan ketika ia
mengupat. Namun ini berlaku bila tidak ada sangkaan akan timbul kemudaratan
yang lebih besar bila ia meminta maaf, sedangkan ia meyakini akan timbul
mudarat yang besar baginya bila ia menceritakan bagaimana kata-kata yang ia
ucapkan misalnya ia akan dibunuh maka cukuplah dengan cara beristighfar saja.[1] Semua
itu berlaku bila yang bersangkutan masih hidup. Adapun jikalau yang
bersangkutan telah meninggal maka harta tersebut diserahkan kepada ahli
warisnya. Bila ahli warisnya pun telah
meninggal maka wajib disedaqahkan harta tersebut kepada faqir miskin serta
meniatkan pahalanya kepada pemilik harta tersebut. Jika pemilik itu tidak
diketahui keberadaannya begitu juga
dengan ahli warisnya maka juga
disedeqahkan kepada faqir miskin serta bercita-cita kapan saja dan dimana saja
bertemu dengan pemilik atau ahli warisnya maka menyerahkan harta tersebut.
Namun
taubat tersebut hanya akan diterima bila belum terlambat. Taubat seseorang
tidak akan diterima lagi bila ruhnya telah sampai pada kerongkongannya dan juga
disaat matahari telah terbit dari ufuk barat, saat itu Allah telah ditutup
pintu taubat untuk manusia.
Tanda-tanda
diterimanya taubat ada 8:
- Menjaga lidah dari pada berdusta, bergosip
dan pembicaraan yang tidak bermanfaat tetapi memfungsikan lidahnya untuk
berzikir kepada Allah dan membaca alquran.
- Menjaga perutnya daripada yang haram.
- Menjaga matanya daripada yang diharamkan
dan juga tidak memfokuskan pandangan kepada dunia ini tetapi
pandangannya ditujukan kepada hal-hal yang positif.
- Menjaga tangannya dari pada yang diharamkan
dan hanya dipergunakan untuk taat kepada Allah.
- Menjaga kakinya daripada bermaksiat kepada
Allah akan tetapi berjalan dengan kedua kakinya untuk beribadah kepada
Allah.
- Selalu menjaga hati dari sifat-sifat tercela
seperti iri dengki dan lain-lain tetapi mengisi hatinya dengan sifat-sifat
terpuji seperti nasehat dan sebagainya
- Menjaga pendengarannya dari yang diharamkan dan
hanya mendengar kepada kebaikan
- Menjaga untuk berbuat taat ibadahnya hanya
karena Allah serta menjahui sifat ria dan munafik
Kisah Taubat
Wahsyi.
Dalam satu
riwayat disebutkan bahwa Wahsyi, budak yang membunuh paman Rasulullah SAW,
Saidina Hamzah mengirim surat dari Makkah kepada Rasulullah di Madinah yang
isinya:
Saya ingin masuk islam tetapi ada
ayat al-quran yang menghalanginya yaitu firman Allah :
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا
آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ
وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا. يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ
مُهَانًا
Dan orang-orang yang tidak
menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,
barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa(nya) (yakni) akan dilipat gandakan azab
untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan
terhina.
Sedangkan saya telah mengerjakan
ketiga perkara ini, maka apakah saya masih bisa bertaubat?
Kemudian Allah menurunkan surat al
furqan ayat 70:
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا
صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ
غَفُورًا رَحِيمًا
kecuali orang-orang yang
bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka
diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Kemudian Rasulullah mengirimkan surat
kepada wahsyi bahwa Allah telah menurunkan surat al-furqan ayat 70 tersebut.
Selanjutnya Wahsyi menjawab surat Rasulullah:
Dalam ayat tersebut masih ada syarat
untuk bertaubat yaitu beramal shalih, sedangkan saya tidak mengetahui apakah
akan mampu untuk beramal shalih atau tidak?
Kemudian Allah turunkan ayat 48 surat
an-Nisa`:
إِنَّ
اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ
بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
Kemudian Rasulullah mengirimkan surat
kepada wahsyi tentang ayat tersebut, selanjutnya wahsyi membalas surat
Rasulullah saw:
Dalam ayat tersebut masih juga ada
persyaratan, maka saya tidak mengetahui apakah Allah berkehendak untuk
mengampuni saya atau tidak.
Kemudian Allah menuruntkan ayat 53
surat az-Zumar:
قُلْ يَا
عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Rasulullah segera mengirimkan surat
kepada wahsyi tentang isi ayat tersebut, dalam ayat tersebut tidak disebutkan
persyaratan maka akhirnya Wahsyi ke Madinah dan masuk Islam.
Wallahu A`lam bish Shawab.
[B]
Tgk. H. Hasanoel Bashri HG
LPI MUDI MESRA, Samalanga, 21
November 2012
No comments:
Post a Comment