Translate

Monday, May 21, 2018

TAUBAT


Taubat
Oleh : Abu MUDI H. Hasanoel Bashry HG.

الحمد لله المنفرد بالإيجاد. والصلاة والسلام على سيدنا محمد أفضل العباد. وعلى آله وأصحابه أولى البهجة و الرشاد. 
(وبعد)
Secara bahasa kembali. Secara istilah ialah membersihkan diri dari dosa dan menyesali  dari perbuatan  dosa serta  bertekad bulat untuk tidak mengulanginya lagi.
Bagi hamba yang telah melakukan maksiat  maka wajib menyegerakan  untuk bertaubat, seandainya setelah bertaubat dia kembali melakukan maksiat maka taubat yang lalu  tidak gugur tetapi  wajib untuk taubat yang baru.

Kewajiban bertaubat.
Bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam, banyak sekali ayat al-quran dan hadist Rasulullah yang berisi perintah bertaubat antara lain:
  1. Surat at-Tahrim ayat 8 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ [ التحريم : 8 ].
Bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
  1. Surat an-Nur 31:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ  [ النور : 31 ]
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

  1. Surat Hud ayat 3 :
اِسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ  [ هود : 3 ]
Hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.

Taubat harus dilakukan dengan segera karena ketika seseorang telah jatuh dalam perbuatan dosa
Cara bertaubat.
Dosa yang dikerjakan manusia ada dua katagori; dosa dengan Allah dan dosa dengan sesama manusia. Jika dosa tersebut merupaakn dosa yang timbul dari maksiat kepada Allah maka cara taubatnya dengan menjalani 3 perkara:
  1. Meninggalkan melakukan perbuatan maksiat bila ia sedang melakukan perbuatan maksiat.
  2. Menyesali telah melakukan dosa tersebut.
  3. Bertekad bulat untuk tidak mengulanginya selama-lama.
Sedangkan kemaksiatan yang bersangkutan dengan manusia maka untuk sah taubatnya selain harus menjalani 3 syarat diatas juga harus disertai dengan syarat yang keempat yaitu yaitu meminta  kelepasan dari orang yang kita dhalimi tersebut. Bila hak itu berbentuk  harta atau sejenisnya maka wajib mengembalikannya kalau harta itu masih ada atau menggantinya bila harta tersebut telah tiada,atau meminta supaya dihalalkan oleh pemiliknya.
Seandainya maksiat itu berupa hukuman[had] tuduh, qishash atau seumpamanya maka ia harus pasrah menerimanya atau meminta kemaafan. Bila dosa tersebut berupa ghibah maka ia harus meminta kepada orang yang ia upat sepaya dihalalkan dengan cara memberitahu terlebih dahulu bagaimana kata-kata yang ia ucapkan ketika ia mengupat. Namun ini berlaku bila tidak ada sangkaan akan timbul kemudaratan yang lebih besar bila ia meminta maaf, sedangkan ia meyakini akan timbul mudarat yang besar baginya bila ia menceritakan bagaimana kata-kata yang ia ucapkan misalnya ia akan dibunuh maka cukuplah dengan cara beristighfar saja.[1] Semua itu berlaku bila yang bersangkutan masih hidup. Adapun jikalau yang bersangkutan  telah  meninggal maka  harta tersebut diserahkan kepada ahli warisnya. Bila  ahli warisnya pun telah meninggal maka wajib disedaqahkan harta tersebut kepada faqir miskin serta meniatkan pahalanya kepada pemilik harta tersebut. Jika pemilik itu tidak diketahui keberadaannya  begitu juga dengan ahli warisnya  maka juga disedeqahkan kepada faqir miskin serta bercita-cita kapan saja dan dimana saja bertemu dengan pemilik atau ahli warisnya maka menyerahkan harta tersebut.
Namun taubat tersebut hanya akan diterima bila belum terlambat. Taubat seseorang tidak akan diterima lagi bila ruhnya telah sampai pada kerongkongannya dan juga disaat matahari telah terbit dari ufuk barat, saat itu Allah telah ditutup pintu taubat untuk manusia.
Tanda-tanda diterimanya taubat ada 8:
  1. Menjaga lidah dari pada berdusta, bergosip dan pembicaraan yang tidak bermanfaat tetapi memfungsikan lidahnya untuk berzikir kepada Allah dan membaca alquran.
  2. Menjaga perutnya daripada yang haram.
  3. Menjaga matanya daripada yang diharamkan dan  juga tidak memfokuskan  pandangan kepada dunia ini tetapi pandangannya ditujukan kepada hal-hal yang positif.
  4. Menjaga tangannya dari pada yang diharamkan dan hanya dipergunakan untuk taat kepada Allah.
  5. Menjaga kakinya daripada bermaksiat kepada Allah akan tetapi berjalan dengan kedua kakinya untuk beribadah kepada Allah.
  6. Selalu menjaga hati dari sifat-sifat tercela seperti iri dengki dan lain-lain tetapi mengisi hatinya dengan sifat-sifat terpuji seperti nasehat dan sebagainya
  7. Menjaga pendengarannya dari yang diharamkan dan hanya mendengar kepada kebaikan
  8. Menjaga untuk berbuat taat ibadahnya hanya karena Allah serta menjahui sifat ria dan munafik

Kisah Taubat Wahsyi.
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Wahsyi, budak yang membunuh paman Rasulullah SAW, Saidina Hamzah mengirim surat dari Makkah kepada Rasulullah di Madinah yang isinya:
Saya ingin masuk islam tetapi ada ayat al-quran yang menghalanginya yaitu firman Allah :
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا. يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya) (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.
Sedangkan saya telah mengerjakan ketiga perkara ini, maka apakah saya masih bisa bertaubat?
Kemudian Allah menurunkan surat al furqan ayat 70:
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kemudian Rasulullah mengirimkan surat kepada wahsyi bahwa Allah telah menurunkan surat al-furqan ayat 70 tersebut. Selanjutnya Wahsyi menjawab surat Rasulullah:
Dalam ayat tersebut masih ada syarat untuk bertaubat yaitu beramal shalih, sedangkan saya tidak mengetahui apakah akan mampu untuk beramal shalih atau tidak?
Kemudian Allah turunkan ayat 48 surat an-Nisa`:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
Kemudian Rasulullah mengirimkan surat kepada wahsyi tentang ayat tersebut, selanjutnya wahsyi membalas surat Rasulullah saw:
Dalam ayat tersebut masih juga ada persyaratan, maka saya tidak mengetahui apakah Allah berkehendak untuk mengampuni saya atau tidak.
Kemudian Allah menuruntkan ayat 53 surat az-Zumar:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Rasulullah segera mengirimkan surat kepada wahsyi tentang isi ayat tersebut, dalam ayat tersebut tidak disebutkan persyaratan maka akhirnya Wahsyi ke Madinah dan masuk Islam.
Wallahu A`lam bish Shawab.
[B]

Tgk. H. Hasanoel Bashri HG
LPI MUDI MESRA, Samalanga, 21 November  2012




[1] Dalil Falihin li Thuruq Riyadhus Shalihin

No comments:

Post a Comment