Hubbud Dunya (cinta kepada
Dunia)
Oleh : Abu Juna.
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي عرف أولياءه غوائل الدنيا وآفاتها وكشف لهم عن عيوبها وعوراتها
حتى نظروا في شواهدها وآياتها ووزنوا بحسناتها سيئاتها والصلاة والسلام على محمد عبده ورسوله
المرسل إلى العالمين بشيرا ونذيرا وسراجا منيرا وعلى من كان من أهله وأصحابه له في
الدين ظهيرا وعلى الظالمين نصيرا وسلم تسليما كثيرا
Salah satu penyakit hati yang menjadi sumber
malapetaka bagi manusia adalah hubbud dunya/cinta dunia.
Banyak ayat dan hadist yang mencela dunya itu
antara lain:
1. Surat ali-Imran ayatt 185
:
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.
2. Hadist riwayat Turmuzi
ولو كانت الدنيا تعدل عند الله جناح بعوضة ما سقى كافرا
منها شربة ماء
Artinya: Andaikan
dunia itu berharga seharga sayap nyamuk sungguh allah tidak pernah memberikan
kepada orang kafir walau seteguk air.
3.
Hadist Riwayat Imam Muslim:
الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر
Dunia itu adalah
penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.
Pengertian dunia
bagaikan penjara bagi orang mukmin adalah orang yang beriman walaupun ia hidup
dalam kesenangan dalam dunia ini tetapi kesenangan tersebut bila dibandingkan
dengan nikmat Allah dalam surga yang sangat sempurna maka ia akan melihat
kehidupannya didunia ini bagaikan dipenjara. Sedangkan orang kafir sebaliknya
bila ia melihat siksa neraka di akhirat kelak maka bila dibandingkan dengan
kehidupannya di dunia ini maka dunia ini baginya bagaikan surga.
4.
Hadist
Riwayat Imam Baihaqy
إن الله لم يخلق خلقا هو أبغض إليه من الدنيا وما نظر إليها منذ خلقها بغضا
لها
“sesungguhnya Allah tidak menciptakan makhluk
yang paling Dia benci selain dari dunia.
Semenjak dunia diciptakan Dia mencitakannya karena marah kepadanya”
Dunya adalah
hal-hal sebelum mati sedangkan akhirat ialah hal-hal sesudah mati, maka segala
keinginan, kesenangan dan kemewahan sebelum mati semua termasuk dalam dunya. Dunia itu Allah terangkum dalam firman Allah
ayat 14 surat Ali Imran:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ
النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ
مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga).
Akan tetapi
bukanlah setiap yang dinginkan itu termasuk dunya yang dimaksudkan disini, dalam
hal ini segala segala yang ada dalam kehidupan manusia itu terbagi kepada tiga
bagian:
- Segala
sesuatu yang dapat membawaki kepada akhirat walau sesuatu tersebut
berbentuk amalan dunya dan dilakukan didalam dunya, maka itu termasuk
dalam akhirat juga seperti ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh. Jadi
sembahnyang, puasa, bersedekah dan naik haji sebelum mati kalau
dilaksanakan sesuai dengan yang dianjurkan dalam syariat maka itu termasuk
akhirat.
- Sebalik
dari yang pertama atau segala sesuatu yang memang murni tujuannya dunia
semata, tidak mengandung nilai akhirat sama sekali. Seperti kesenangan
dengan maksiat, bernikmat-nikmat yang melebihi kadar keperluan, maka hal
seperti ini semuanya termasuk dalam dunia yang tercela.
- Segala sesuatu
yang berada diantara dua hal sebelumnya. Seperti bekerja mencari nafakah,
memakai pakaian, rumah dan kendaran dll. Hal yang ketiga ini bila
dijadikan sebagai jalan untuk mencari dunia maka ia termasuk dalam amalan
dunia, sedangkan ia hal tersebut ia lakukan untuk mencapai akhirat maka ia
termasuk dalam amalan akhirat yang memiliki pahala seperti mencari
kekayaan dan kemewahan untuk kenyamanannya dalam beribadat. Maka, seseorang
yang berusaha demi memperoleh harta untuk menafkahi keluarga, membantu
fakir-miskin dan membangun rumah ibadah maka dia telah mengubah amalan
yang sifatnya dunya kepada akhirat semata. Usahanya tersebut walaupun
berbentuk amalan dunia maka pada hakikatnya masuk dalam amalan akhirat.
Seperti kata ulama:
كم من عمل يتصور بصورة اعمال الدنيا ويصير بحسن النية
من اعمال الاخرة
كم من عمل يتصور بصورة اعمال الاخرة ثم يصير من اعمال
الدنيا بسوء النية
Berapa banyak dari amalan dengan bentuk amalan
dunia namun menjadi amalan akhirat dengan sebab bagus niatnya, dan berapa
banyak amalan yang berbentuk akhirat namun malah menjadi amalan dunia
disebabkan buruk niatnya.
Maka yang dimaksud dengan dunia disini adalah sebagaimana kata seorang
ulama:
دنياك ماشغلك عن الله
تعالى
Duniamu adalah hal-hal yang yang
dapat melalaikan kamu dari mengingat Allah
Ibnu Abbas ra berkata:
إن
الله تعالى جعل الدنيا ثلاثة أجزاء جزء للمؤمن وجزء للمنافق وجزء للكافر فالمؤمن
يتزود والمنافق يتزين والكافر يتمتع
Sesungguhnya Allah menjadikan dunia itu tiga bagian,
satu bagian untuk orang beriman, satu bagian untuk orang munafik dan satu
bagian untuk orang kafir. Orang mukmin akan menjadikan dunia sebagai bekal,
orang munafik akan menjadikan dunia sebagai hiasan dan orang kafir akan
bersenang-senang dengan dunia.
Semua perihal dunia tersebut memiliki ikatan dengan manusia dalam dua
ikatan:
- Ikatan hati manusia dengan dunia
- Ikatan badan manusia dengan dunia
Ikatan hati manusia dengan dunia terjadi dengan
kecondrongan hatinya kepada dunia dan keinginan untuk mendapatkan dunia
sehingga hatinya akan diperbudak oleh dunia. Dalam ikatan ini masuklah semua
sifat-sifat hati yang tercela seperti takabur, sombong, hasad, riya, suuz
dhan(buruk sangka), cinta pujian, dan kemegahan.
Ikatan badan manusia dengan dunia terjadi dengan usahanya untuk mendapatkan
materi dunia tersebut dengan bekerja dan berusaha.
Kegundahan hati
terhadap perihal dunia bila sampai menyeret ke dalam kerisauan serta
mengeluh dan juga kesenangan yang menarik hati manusia dari sifat bersyukur ke
sifat kesombongan dan salah dalam menggunakan nikmat Allah maka kedua sifat ini
adalah haram. Sedangkan bila tidak sampai pada tingkatan mengeluh dan sombong
maka tidaklah haram namun sifat yang sempurna adalah memiliki sikap yang sama
ketika datang nikmat Allah dan juga ketika kehilangan nikmat Allah.
Dalam riwayat dikisahkan : bahwa seorang yang
shaleh dikabari bahwa beliau mendapat pemberian yang banyak maka beliau segera
memuji Allah, selanjutnya beberapa waktu kemudian beliau dikabari bahwa harta
beliau tersebut telah diambil oleh para perampok, maka beliau segera memuji
Allah juga. Melihat keadaan beliau yang demikian maka orang-orang bertanya :
mengapa beliau memuji Allah baik ketika mendapat harta dan juga ketika
kehilangan harta? Beliau menjawab:
الأول لعدم وجداني في قلبي
سرورا منها والثاني لعدم وجداني حزنا ما
Yang pertama (memuji Allah ketika mendapatkan harta) karena tidak timbul
dalam hati saya kesenangan, yang kedua (memuji Allah ketika kehilangan harta)
karena tidak timbul dalam hati saya kegundahan.[1]
Berkata ahli hikmah:[2]
اربعة طلبناها فأخطأنا
طرقها طلبنا الغنى فى المال فإذا هو فى القناعة وطلبنا الراحة فى الكثرة فاذا هو
فى القلة وطلبنا الكرامة فى الخلق فإذا هي فى التقوى وطلبنا النعمة فى الطعام
واللباس فاذاهي فى الستر والاسلام
Ada empat perkara yang kami cari namun ternyata kami salah tempat
mencarinya. Kami cari kekayaan pada harta tapi ternyata kekayaan itu ada pada
sifat qana`ah, kami cari kesenangan pada yang banyak tapi ternyata kesenangan
itu ada pada yang sedikit, kami cari kemuliaan pada makhluk tapi ternyata
kemuliaan itu ada pada taqwa, kami cari nikmat pada makanan dan pakaian tapi
ternyata nikmat itu ada pada tutupan Allah[3]
dan islam.
Mencintai dunia merupakan sumber dari semua kesalahan yang lain.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
وَحُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ
Mencintai
dunia adalah sumber segala kesalahan.(H.R Baihaqy)
Ini
tak lain karena kecintaan kepada dunia itu akan menjatuhkan manusia dalam
perbautan syubhat dan makruh bahkan haram dan kekufuran, bahkan kebanyakan umat
terdahulu yang mendustakan Nabi mereka kekufuran mereka didorong oleh hubbud
dunya.[4]
Waliyullah Fudhail bin `Iyadh juga berkata:
جعل
الشر كله في بيت وجعل مفتاحه حب الدنيا وجعل الخير كله في بيت وجعل مفتاحه الزهد
في الدنيا
Allah menjadikan keburukan semuanya dalam satu rumah dan dijadikan
kuncinya adalah hub(cinta) dunia, dan dijadikan seluruh kebaikan dalam satu
rumah dan dijadikan kuncinya adalah zuhud dalam dunia.
Wallahu a`lam bish shawab.
[B]
Referensi:
- Ihya Ulumuddin, Imam Ghazaly cet. Dar
Kutub Ilmiyah
- Mau`idhatul Mukminin, Muhammad Jamal
al-Qasimy Cet. Ihya Kutub Arabiyah
- Sirajuth Thalibin, Syeikh Ihsan Dahlan,
Cet. Haramain
- Tanbihul Ghafilin, Imam Samarqandi Cet.
Haramain
- T`alimul Mut`allim, az-Zarnuji Cet.
Haramain
No comments:
Post a Comment