Uswatun Hasanah.
الحمد لله رب العالمين ، إله الأولين والآخرين ،
والصلاة والسلام على من جعله الله لنا أسوة حسنة ، صلى الله عليه وعلى آله وسلم
اما
بعد
Uswatu hasanah
terdiri dari dua rangkaian kalimat, uswah dan hasanah. Uswah (أُسْوَةٌ) berarti قدوة[1] ; ikutan, panutan.
Hasanah bermakna “yang baik”. Uswatun Hasanah adalah contoh suri teladan yang
baik. Bagi umat islam tokoh utama yang menjadi uswatun hasanah tak lain adalah
Rasulullah saw. Hal ini Allah sebut dalam Al-Quran surat
Al-Ahzab ayat 33:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ
كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah
(suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 21)
Ayat
ini turun ketika terjadi perang Khandaq. Waktu itu , Rasulullah dan para
sahabatnya menggali parit di sebelah utara kota Madinah sebagai benteng pertahanan
dalam menghadapi koalisi musuh gabungan antara kaum jahiliyah Mekah dengan bala
bantuan Yahudi dan Nasrani Madinah. Parit yang digali itu cukup panjang, lebar
dan dalam. Perbekalan yang tersedia sangat menipis , sehingga para sahabat
terpaksa mengganjal perutnya dengan batu sebagai penahan rasa lapar. Beberapa
sahabat datang kepada Rasulullah mengadukan keadaan mereka yang kelaparan,
sambil memperlihatkan perutnya yang
diganjal batu. Maka Rasulullah pun membukakan bagian perutnya, dan nampaklah
dua buah batu mengganjal perut beliau, kemudian turunlah surat al-ahzab ayat 21
di atas .
Rasulullah
memberi teladan yang baik kalau para
sahabat hanya diganjal dengan satu buah batu, beliau malah diganjal dengan dua
buah batu, disini jelas bahwa rasulullah lebih merasakan lapar dari pada
sahabat–sahabatnya, ini memberi contoh bahwa pemimpin tidak boleh hanya
mengutamakan diri sendiri, tetapi harus memperhatikan nasib rakyatnya.
Sebagai
uswatun hasanah, Rasulullah memiliki budi pekerti yang luar biasa. Allah memuji
budi pekerti Rasulullah dalam surat Al Qalam ayat 4:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Sesungguhnya
engkau memiliki budi perkerti yang agung (QS Al-Qalam
ayat 4)
Karena keluhuran
akhlak beliau, maka Allah jadikan semua perkataan, perbuatan dan ketetapan
beliau sebagai landasan hukum bagi umat islam yang ke dua setelah Al-Quran.
Ummul
Mukminin, siti Aisyah ra menggambarkan bagaimana luhurnya budi pekerti
Rasulullah ketika ditanyakan kepada beliau bagaimana akhlak Rasulullah, dengan
ungkapan beliau “akhlak Rasulullah adalah Al-Quran”.
Keluhuran
budi pekerti Rasulullah berada pada semua aspek. Rasulullah merupakan suri
teladan yang sempurna. Sebagai seorang pemimpin agama, beliau memperlihatkan
akhlak seorang Nabi yang berjuang dengan santun, sabar, dan ikhas. Dalam berdakwa
beliau tabah menghadapi gangguan dari musuh-musuh beliau yang tak lain berasal
dari kaum beliau sendiri. Ketika berdakwah ke kota Thaif, Rasulullah mendapat perlakuan kasar,
dilempari kotoran dan hewan batu sampai kaki
beliau terluka. Dalam keadaan demikian Allah memberikan
izin kepada malaikat penjaga gunung untuk membalikkan gunung keatas kaum Thaif
bila Rasulullah kehendaki. Namun Rasulullah
saw malah berdoa supaya Allah melahirkan dari keturunan mereka kaum yang
menyembah Allah swt, tidak mempersekutukanNya.
Sebagai
seorang pemimpin negara, Rasulullah memperlihatkan kepada umatnya bagaimana
seharusnya akhlak seorang pemimpin. Beliau menjadi seorang pemimpin yang
memecahkan masalah dengan
musyawarah, padahal pandangan beliau sendiri sudah cukup tanpa perlu
bermusyawarah dengan para shahabat. Cara dan metode
Rasulullah dalam memimpin umat diikuti oleh empat shahabat utama beliau yang
memerintah setelah wafat Rasulullah, sehingga dijuluki dengan Khulafaur
Rasyidin; para pengganti yang mendapat petunjuk.
Dalam
kehidupan rumah tangga, Rasulullah juga menjadi contoh suami yang baik, selalu bersikap sabar, arif, dan mencintai
keluarganya, berlaku adil terhadap istri-istri beliau. Beliau tidak terlalu
menyibukkan istri-istrinya, bahkan kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah
menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu
kambing untuk keperluan keluarga maupun
untuk dijual.
Rasulullah
juga memberikan contoh hidup zuhud di dunia ini. Dalam satu dikisahkan dari
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, "Umar bin Al-Khaththab ra.
bercerita kepadaku, "Aku pernah memasuki rumah Rasulullah Shallailahu
Alaihi wa Sallam, yang saat itu beliau sedang berbaring di atas selembar tikar.
Setelah aku duduk di dekat beliau, aku baru tahu bahwa beliau juga menggelar
kain mantelnya di atas tikar, dan tidak ada sesuatu yang lain, Tikar itu telah
menimbulkan bekas guratan di lambung beliau. Aku juga melihat di salah satu pojok rumah
beliau ada satu takar gandum. Di dinding tergantung selembar kulit yang sudah
disamak. Melihat kesederhanaan ini kedua mataku meneteskan air mata. Mengapa
engkau menangis wahai Ibnul-Khaththab?" tanya beliau "Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak
menangis jika melihat gurat-gurat tikar yang membekas di lambung engkau itu dan
lemari yang hanya diisi barang itu? Padahal Kisra dan Kaisar hidup di antara
buab-buahan dan sungai yang mengalir. Engkau adalah Nabi Allah dan orang
pilihan-Nya, sementara lemari engkau hanya seperti itu. Rasulullah menjawab
"Wahai Ibnul-Khaththab, apakah engkau tidak ridha jika kita mendapatkan
akhirat, sedangkan mereka hanya mendapatkan dunia? "
Kedudukan
Rasulullah sebagai uswatun hasanah dengan akhlak yang luhur merupakan
salah satu hikmah diutusnya beliau ke muka bumi ini yang merupakan rahmat bagi
seluruh alam. Dalam satu hadits Rasulullah bersabda:
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“saya diutus untuk menyempurnakan akhlak”
Dengan akhlak yang luhur tersebutlah, beliau mampu mengajak umat untuk
beriman hanya dalam jangka waktu yang singkat. Keberhasilah
dakwah Rasulullah saw tidak terlepas dari akhlak mulai beliau, dalam surat Ali Imran ayat 159 Allah berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي
الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: “Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Semua
kalangan mengakui bahwa Rasulullah merupakan seorang tokoh yang memiliki sifat
luhur. Semenjak kecil beliau telah dijukuli oleh kaum beliau dengan “Al-Amin”
yang berarti “orang terpercaya”. Pengakuan tentang
keluhuran akhlak beliau juga datang dari kaum barat. Michael
H. Hart dalam bukunya 100
Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah menjatuhkan pilihannya kepada Nabi Muhammad
dalam urutan pertama daftar 100 Tokoh Paling berpengaruh di dunia. Ia
mengatakan “saya berpegang pada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad
satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar
biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi. Berasal-usul
dari keluarga sederhana, Muhammad menegakkan dan menyebarkan salah satu dari
agama terbesar di dunia, Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh,
tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih
tetap kuat dan mendalam serta berakar”.
Semoga Allah memberikan kemampuan kepada kita
untuk selalu meneladani Rasulullah saw. Menjadikan beliau sebagai panutan dalam
kehidupan. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh umat-umat islam pada
generasi shahabat dan tabi`in yang merupakan generasi
terbaik setelah Rasulullah. Amiin
Ya Rabbal `Alamin.
[B]
[1] Ar-Razi, Mukhtar Shihah jilid 1 hal 16
No comments:
Post a Comment